P.Siantar – Buserbhayangkaratv.com
GKPS dan United Evangelical Mission (UEM) gelar Pelatihan pemuliaan dan pengembangan benih padi unggul karya petani kecil. Para peserta pelatihan adalah para petani perempuan dari Panombeian Pane sekitar, yang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil beras di Simalungun.
Hal ini sebagai bentuk pemberdayaan petani perempuan untuk pengurangan angka kemiskinan dan menguatkan kemandirian petani, khususnya dalam hal benih unggul agar tidak bergantung pada benih-benih unggul milik perusahan-perusahaan benih.
Hadir sebagai pembicara Prof. Dr. Dwi Andreas Santoso, guru besar pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang adalah juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) yang kiprahnya sudah dikenal luas di Indonesia membela kepentingan petani-petani kecil, salah satunya lewat pemuliaan dan pengembangan benih-benih unggul padi yang beberapa di antaranya terbukti berhasil meningkatkan produktifitas hasil panen secara sangat signifikan.
Pelatihan yang diselenggarakan selama 2 hari, 24 – 25 November 2024 di lingkungan Kantor Sinode GKPS, Jalan Pdt. J. Wismar Saragih, Kelurahan Bane, Kecamatan. Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar, menghadirkan juga Ir. H. Masroni, aktivis pemulia benih unggul yang sekaligus Direktur Utama PT AB2TI PSN, sebuah perusahaan pemilik penggilingan padi modern milik koperasi petani AB2TI di Indramayu, dengan kapasitas produksi sampai 40 ton beras premium per hari.
Kegiatan tersebut turut dihadiri Ephorus GKPS Pdt. Dr. Deddy Fajar Purba, Koordinator Program Pdt. Etika Saragih bersama Tim Program Pdt. Jon Winsah Saragih, Pdt. Liharson Sigiro dan Pdt. Sarmen Girsang, juga mewakili Pimpinan UEM regional Asia, Ridho Simamora.
Para peserta adalah kelompok tani perempuan dari Marjandi Pisang, Bah Bane, Panombean Sipinggan dan Panombean Simalungun yang tergabung dalam Koperasi Eta Maju Bersama.
Koordinator Program, Pdt. Etika Saragih mengatakan rata-rata produktifitas padi di Indonesia masih relatif rendah, yakni sekitar 5,2 ton GKP/ha, dan ini menjadi tantangan kita ditengah kondisi rentannya ketahanan pangan di Indonesia sehingga impor beras masih terus terjadi.
Ia menyampaikan keprihatiannya:
“rendahnya produktifitas tanaman padi berakibat juga pada rendahnya penghasilan petani padi di Panombeian sekitar. Menurut informasi dari pengurus koperasi Eta Maju Bersama, penghasilan rata-rata petani padi hanya sekitar Rp.2.600.000 an per musim tanam (4 bulan) dengan rata rata luas lahan petani hanya sekitar 5 rante atau 2000m persegi. Artinya hanya berpenghasilan sekitar Rp. 625.000/bulan dari hasil tanaman padi/bulan”, demikian disampaikannya sebagai kordinator program ini.
Padahal, petani adalah “pahlawan pangan”, sebagaimana kotbah pembuka acara ini yang disampaikan oleh pendeta Jon Winsah Saragih. “Kok pahlawan pangan dibiarkan miskin?”, demikian tantangan yang disampaikan dalam kotbah pembuka acara ini.
Program ini akan berfokus pada 3 pendekatan, yakni implementasi benih unggul karya petani untuk peningkatan produktifitas dengan target dari 5,2 ton menjadi 7 ton/hektar; implementasi pertanian tanaman padi secara organik untuk mengurangi cost produksi petani; dan bantuan fasiltas penggilingan padi kepada petani lewat koperasi milik petani, yang direncanakan dalam periode 3 tahun, mulai november 2024 hingga akhir tahun 2027.
Dengan 3 pendekatan tersebut, ditargetkan kenaikan penghasilan petani hingga 110% pada akhir tahun 2027.
Pelaksanaan program yang didukung oleh UEM ini akan dibantu untuk proses pendampingan petani oleh Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Indonesia (AB2TI) dengan harapan berbagai kisah sukses petani dampingannya bisa terwujud di Panombeian Pane sekitarnya, dan menjadi kisah sukses yang akan diikuti oleh petani-petani di Simalungun.
Ephorus GKPS, Pdt. Dr. Deddy Fajar Purba mengapresiasi UEM yang mendukung program ini, dan berharap petani perempuan yang menjadi penerima manfaat program ini semakin punya pengharapan untuk panen mereka yang akan lebih baik ke depan, sehingga lebih sejahtera.
Beliau juga memberikan ulos kepada 2 narasumber, yang menurutnya adalah sebuah penghormatan besar tokoh seperti Prof. Dwi Andreas Santoso berkenan hadir ke GKPS untuk peduli pada pemberdayaan petani padi di Simalungun.
“Program ini berjalan tentunya karena didorong Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) untuk memikirkan jemaatnya, dan masyarakat sekitar, kemudian didukung oleh United Evangelical Mission (UEM) dan nantinya akan dibantu AB2TI untuk pendampingan petaninya”, tutupnya.
Ridho Simamora perwakilan UEM menyampaikan harapan dari UEM agar program ini akan berjalan baik. “Tidak banyak gereja yang menyampaikan proposal untuk program multi years ke UEM, seperti GKPS”, demikian ia sampaikan.
Ketua Umum AB2TI Prof.DR. Dwi Andreas Santoso (Guru Besar IPB) Santoso mengatakan benih yang beredar di Indonesia kebanyakan bukan karya petani, tapi milik perusahaan asing.
“Sebenarnya petani kecil sungguh luar biasa bisa membuat benih sendiri namun sering justru dikriminalisasi, karena dianggap terlalu ‘kreatif’, sehingga petani kadang harus berhadapan dengan hukum dan ditangkap, dengan alasan Undang-undang nomor 12 tahun 1992 pasal 60 ayat 1 dan 48 ayat 1 tentang Sistem Budidaya Tanaman”, ucapnya.
Acara ini diakhiri dengan kesan dan pesan dari peserta, yang diwakili pengurus koperasi Eta Maju bersama ibu Ros Sinaga mewakili seluruh peserta. Ia menyampaikan rasa terimakasih, dimana materi yang sangat penting bisa dengan mudah dipahami peserta karena pembicara menyampaikan dengan bahasa sangat sederhana, dan beliau menyampaikan harapan, “pembimbing kami dari AB2TI jangan bosan-bosan mengajari kami, demi kemajuan petani Simalungun bahkan untuk kesejahteraan petani Indonesia”, tuturnya. (RED)